Ketika Krisis Moralitas Menimpa Dunia Pendidikan

Ketika Krisis Moralitas Menimpa Dunia Pendidikan


Oleh : Siti Nurjanah/PBI/2005/R



Kita tidak mengetahui pengetahuan apa yang paling diperlukan di masa depan, oleh karena itu, tidak ada gunanya mengajarkannya sekarang. Sebaiknya kita membantu orang untuk makin mencintai dan makin pandai belajar sehingga dapat belajar segala sesuatu pada saat membutuhkan.

Holt, 1964, How Children Fail


Tepatlah kiranya saya mengambil filosofi diatas untuk menilik kembali sistem pendidikan kita. Beberapa hari yang lalu kita melihat suatu babak penentuan yang dialami oleh generasi bangsa yang masih duduk di bangku SMA dan SMP serta beberapa hari lagi yang akan dihadapi oleh anak-anak SD diwarnai berbagai peristiwa yang sama sekali tak terduga. Di Ngawi misalnya, UNAS tahun ini dikejutkan oleh ulah seorang kepala sekolah yang mencuri 1 bendel soal UNAS, di tempat lain beberapa anak merusak fasilitas dan menganiaya sang pengawas ketika dinilai terlalu ketat menjaga palaksanan ujian,dan 1 lagi paristiwa yang tak kalah membuat kita menggelengkan kepala adalah mogoknya anak-anak salah satu SMA di jakarta karena melihat ada guru yang memberikan jawaban kepada muridnya.

Berbagai peristiwa ini cukup membut kita berfikir sebenarnga apa yang membuat anak-anak mekakukan hal-hal yang jauh dari ciri sebagai pelajar, bahkan mengapa sampai seorang kepala sekolah mempertaruhkan citra dan jabatannya untuk melakukan kecurangan mencuri soal?

UNAS yang dulu bernama EBTANAS ini adalah suatu bentuk tes evaluasi yang harus dilewati anak-anak sekolah yang hasilnya menjadi standar kelulusan. Maka tidak mengherankan jika semua aspek sekolah berupaya melakukan berbagai cara untuk bisa memenuhi standar tsb. Semua sekolah menyiapkan anak didik mereka,menggembleng dengan tambahan pelajaran setiap hari bahkan ada yang menyewa lembaga bimbingan belajar ke sekolah. Sungguh sebenarnya hal ini sangat disayangkan.

Namun kita tidak bisa menyalahkan sekolah-sekolah, dalam hal ini yang perlu kita kaji adalah sistem ujian nasional yang dicanangkan oleh pemerintah. Kita tahu bahwa mata pelajaran yang diujikn hanya 3 yaitu MATEMATIKA,B A H A S A INDONESIA, dan BAHASA INGGRIS. Sungguh sangat mengherankan karena kenapa pejaran tsb yang dipilih pemerintah? Kenapa hanya 1 aspek pembelajaran saja yang diujikan? Dan kenapa semua soal sama se-wilayah Indonesia? Pemerintah mestinya tahu dilihat dari segi distribusi soal-soal tsb sangat rawan kebocoran.

Sebenarnya adanya ujian ini sangat baik tapi jika dilakukan untuk mengetahui sejauhmana perkembangan mutu pendidikan dan bukan dijadikan syarat kelulusan. Menghadapi kondisi Indonesia yang semakin memprihatikan ini seharusnya kita menyiapkan generasi penerus bangsa yang bermoral dan siap menghadapi segala sesuatu. Kenapa bermoral?
Setelah siswa lulus dan terjun dalam masyarakat bukan berapa nilai matematika yang ditanyakan tetapi bagaimana mereka bisa hidup dalam masyarakat. Maka tidak ada gunanya melaksanakan ujian yang hanya memberatkan siswa dan membuat pendidikpun melakukan kecurangan. Sudah saatnya pemerintah memperbaiki sistem yang ada dengan menekankan pendidikan moral.



Comments