Jika Pemuda Berwiraswasta

Pergulatan sebuah bangsa dalam menapaki peradabannya tak bisa terlepas dari dinamika pemudanya. Pemuda lah yang mengambil posisi utama dalam lembar sejarah Indonesia, yaitu sebagai aktor penggerak perubahan sosial, politik dan ekonomi. Mengingat besarnya kontribusi pemuda ini, menjadi sebuah aksioma bahwa sejarah Indonesia adalah sejarah pemudanya, seperti yang diucapkan oleh seorang Indonesianis, Benedict Anderson.

Sumpah Pemuda, 81 tahun lalu yang dikumandangkan pemuda-pemudi pribumi merupakan cerminan pemuda sebagai katalisator utama peradaban Indonesia. 20 tahun sebelum Sumpah Pemuda, munculnya Pergerakan Nasional yang membangunkan rasa nasionalisme bangsa ini adalah karena insiasi para pemuda (mahasiswa) yang tergabung dalam STOVIA untuk mendirikan Budi Utomo. Kemerdekaan Indonesia pun hadir tak terlepas dari peran pemuda, yaitu dengan upaya menculik Soekarno dan Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan . Bahkan, tumbangnya

rezim lalim Soeharto yang memunculkan kebebasan demokrasi saat ini juga dimunculkan oleh para pemuda.

Menarik dicermati, jika dinamika heroisme pemuda dalam sejarah indonesia disebabkan adanya musuh bersama (common enemy). Dulu, musuh bersama jelas-jelas berinternalisasi dalam penjajahan asing sehingga harus diberantas. Lalu, musuh bersama itu bertransformasi ke dalam rezim pemerintahan otoriter Orde Baru. Pemuda pun menjadi hebat karena mampu menggulingkan musuh bersama itu. Namun, kini musuh bersama itu telah pudar. Dan, sampai saat ini pemuda masih kesulitan untuk mencari-cari musuh bersamanya. Akibatnya, pemuda Indonesia seolah kehilangan kehebatannya untuk berkontribusi penting pada bangsanya karena perubahan realita zaman.

Sadarlah! Daripada sibuk menunggu dan mencari musuh bersama yang penuh ketidakpastian, pemuda Indonesia musti keluar dari pakem itu. Pemuda Indonesia harus melihat ada pekerjaan yang lebih agung dilaksanakan dalam upaya merengkuh pembangunan yang menyejahterakan rakyat. Roda pembangunan yang sedang kencang digulirkan pemerintah harus dimanfaatkan pemuda untuk bergegas melangkah. Pemuda harus mengambil posisi sebagai garda terdepan dalam pembangunan bangsa. Dengan demikian, pemuda pun bisa berhegemoni lagi atas kontribusinya dalam sejarah mutakhir peradaban bangsa.

Berwirausaha adalah langkah stratejik yang bisa dilakukan pemuda untuk membangun Indonesia saat ini dan masa depan. Berwirausaha menjadi refleksi kemandirian dan inovasi pemuda agar menciptakan lapangan kerjanya sendiri. Dengan terciptanya lapangan kerja ini, kemudian akan timbul multiplier effect yang bagus bagi perekonomian bangsa karena menyerap tenaga kerja lain. Angka pengangguran yang saat ini mencapai 9,3 juta pun dapat dikurangi. Jika pengangguran berkurang, otomatis kemiskinan yang mencapai 32,5 juta per Maret 2009 pun ikut berkurang. Pembangunan bangsa pun secara progresif terlaksana berkat kontribusi pemuda lewat wirausahanya.

Proklamator Indonesia, Soekarno,tentu akan bangga ketika adagiumnya “Berikan aku sepuluh pemuda, maka akan kugoncangkan dunia” terealisasi di era kini. Jikalau, ada sepuluh pemuda Indonesia saja yang sukses berwirausaha dengan satu orang menyediakan minimal 100 lapangan kerja , maka terciptalah ribuan pekerjaan yang menjadi bahan bakar pembangunan bangsa. Bagaimana dengan pemuda Indonesia, yang mencapai lebih 70 juta ini, jika sebagian besar mengambil peran berwirausaha. Tentu ini adalah kekuatan dahsyat untuk menggerakkan pembangunan Indonesia yang menyejahterakan rakyatnya

Comments

  1. hidup pemuda...
    saya setuju pemuda harus berkarya.
    Salam,
    Indra

    ReplyDelete

Post a Comment

Silahkan Berkomentar......